Sabtu, 22 Februari 2014

My Lovely Boss Part 1

Diposting oleh Unknown di 19.46
Cast : Huan Li Mei
          Cho Kyuhyun


Genre : Romance


Rate : PG15


Length : series





Sebuah bangunan bertingkat dengan dinding yang terbuat dari kaca di sekelilingnya berdiri megah di sebuah pusat kota Seoul. Di depannya terpampang jelas sebuah ukiran batu marmer yang bertuliskan “Chuan Shang”. Bangunan megah tersebut merupakan sebuah anak perusahaan otomotif besar dari Taiwan. Perusahaan yang beberapa tahun terakhir iniberkembang dengan sangat pesat dan selalu menjadi topic utama dalam pemberitaan. Tak ada yang tak mengenal perusahaan besar ini, setiap orang memimpikan dirinya untuk bisa bekerja di sana. Selain karena perusahaan ini merupakan perusahaan terbesar di Asia, kesejahteraan karyawan yang bekerja disini juga pasti terjamin. Orang-orang yang bekerja di perusahaan ini merupakan orang-orang pilihan yang dituntut untuk mempunyai skill dan talenta yang tinggi di banding yang lain. Tidak heran, jika ingin masuk ke perusahaan ini saja harus betul-betul orang yang memenuhi syarat. Selain itu, merekapun harus melewati bermacam-macam test sebelum akhirnya bisa diterima bekerja disana. Jika kamu tidak punya kemampuan apapun, jangan pernah berharap untuk bisa masuk ke Chuan Shang.



Seperti hari-hari sebelumnya, hari inipun aktivitas di Chuan Shang sudah sangat sibuk padahal waktu masih menunjukkan pukul 07.00 KST. Karyawan yang bekerja di Chuan Shang pastilah orang-orang yang mempunyai disiplin dan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan, di waktu yang masih terbilang pagi ini mereka sudah datang untuk memulai pekerjaan mereka. mereka tak akan pernah melewatkan dan menyia-nyiakan kesempatan mereka untuk meniti karir di perusahaan yang bonafit seperti ini, untuk itulah mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Persaingan disana tidaklah mudah,tapi walau begitu mereka bersaing secara sehat. Menggunakan skill dan juga kepintaran mereka.


Diantara hiruk pikuk orang-orang yang berlalu lalang, seorang gadis dengan tinggi tidak lebih dari 165 cm sedang berdiri di depan gedung Chuan Shang. Rambut panjangnya ia ikat ke atas menyerupai ekor kuda, ia memakai kemeja berwarna putih dipadukan dengan blazer berwarna peach dan juga celana hitam panjang yang terlihat pas di tubuhnya. Dia membaca tulisan yang berada di depan gedung tersebut.


“Chuan Shang” dia membacanya dengan keras.Ia masih mengamati gedung yang ada di hadapannya itu. Tak ada niatan untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung, untuk sesaat dia memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. Keraguan tampak terpancar dariraut wajahnya, sesungguhnya dia ingin sekali masuk kesana dan melanjutkan niatnya semula. Tapi setelah melihat bangunan yang semegah itu, dan juga memperhatikan orang-orang yang bekerja di sana kepercayaan dirinya lama-lama memudar. Ia merasa amat kecil, untuk seorang lulusan S1 seperti dirinya apakah pantas bekerja di perusahaan sebesar ini. Dia menghela nafas, mencoba membangun kepercayaan dirinya yang beberapa menit lalu menghilang.


“Aku pasti bisa” ucapnya dalam hati. Dia mulai melangkahkan kakinya mendekati pintu masuk Chuan Shang, pintu terbuka dengan otomatis, gadis itu kembali menarik nafas panjang. Dengan kepercayaan diri yang ia bangun, ia berjalan melewati pintu itu dan melangkah menuju meja resepsionis.


“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu nona!”sapa seorang resepsionis tatkala dia sudah sampai di sana.


“Aku ingin bertemu dengan Kepala Personalia”jawab gadis itu sambil tersenyum ramah. Ia melirik ke arah papan nama didepannya “Kim Minjie-Receptionist”. Rupanya wanita di hadapannya ini bernama Minjie.


“Maaf sebelumnya, siapa nama anda dan apa keperluan anda nona?” tanyanya lagi dengan ramah. Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya menatap wanita yang bernama Minjie itu.


“Saya Huan Li Mei, saya akan melakukan wawancara hari ini, saya diminta datang dan menemui kepala personalia” wanita bernama minjie itu tersenyum seakan sudah mengetahui siapa wanita dihadapannya.


“Jadi anda nona Huan! tapi nona,wawancaranya akan dilakukan pukul 09.00. mungkin anda bisa menunggu dulu disana” ucapnya lagi sambil menunjuk ke arah ruang tunggu.


“Benarkah? Aku pikir wawancaranya dimulai pukul 07.00. Mungkin kau salah melihat jadwal” gadis bernama Li Mei itu tak percaya pada perkataan sang resepsionis.


“Tidak nona, wawancaranya memang dimulai pukul 09.00” Minjie mengaskan pernyataannya.
Li Mei pun merogoh sesuatu dari dalam tas tangannya, dia mengambil handphone dan mengecek pesan masuk yang kemarin ia terima tentang panggilan wawancara kerjanya. Dia membacanya dengan seksama.


“Ah, ternyata benar. Aku yang salah. Maaf nona Kim, baiklah aku akan menunggu di sana saja” Li Mei membungkukkan badannya, lalu pergi meninggalkan meja resepsionis. Karena terlalu senang, dia salah melihat waktu, dia pikir wawancara dimulai pukul 07.00 ternyata dia datang 2 jam lebih awal.


“Hah, bodoh! Kenapa bisa salah. Lalu apa yang akan aku lakukan selama 2 jam ini?” rutuknya pada diri sendiri. Li Mei duduk di sebuah sofa yang tersedia di loby, kini dia harus menunggu selama 2 jam tanpa kegiatan apapun.

Li Mei sendiri adalah orang Taiwan yang tinggal di seoul, dia sudah tinggal selama 5 tahun di negeri gingseng tersebut.Dia tinggal bersama bibinya di sini, Li Mei bersekolah di Kyunghee University dan baru menamatkan S1 jurusan sekretaris nya dua tahun yang lalu. Kini dia mencoba peruntungan dengan melamar ke perusahaan terbesar milik negara asalnya itu. Mungkin dia bisa berhasil di tempat ini.


Li Mei menunggu dengan bosan, sudah satu jam berlalu dan itu artinya penantiannya tinggal 1 jam lagi. Kenapa waktu terasabegitu lambat, apalagi yang bisa ia lakukan saat ini adalah bermain game diponselnya dan mengamati orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Li Mei merasakan kantuk mulai menghampirinya, matanya sudah terasa sangat berat.


“Tidur satu jam mungkin tidak masalah”ucapnya. Ia mencari posisi yang nyaman untuk tidur, ia rebahkan kepalanya pada bantalan sofa lalu mulai memejamkan matanya.





***


“Nona Huan Li Mei!” Li Mei mengerjap-ngerjapkan matanya tatkala dia mendengar suaranya disebut-sebut, dengan keadaan masih setengah sadar ia lirik arloji yang ada di pergelangan tangan kirinya.


“Ya tuhan!” teriaknya, ia pun melompat bangun dan merapikan pakaiannya yang sedikit acak-acakan. Dengan tergesa-gesa ia berjalan menuju meja resepsionis.


“Nona, anda sudah ditunggu oleh kepala personalia” beritahu Minjie sang resepsionis.


“Ya mianhae, aku ketiduran. Gomawo!” setelah membungkukkan badan ia pun segera berlari menuju ruangan personalia. Karena tergesa-gesa ia tak memperhatikan jalan di depannya, ia harus beberapa kali membungkukkan badan dan meminta maaf karena sudah menabrak orang-orang dihadapannya.


“Aish, kenapa selalu seperti ini. Tak ada yang berjalan lancar” gerutunya sambil tetap berlari. Ia tidak mungkin mengacaukan wawancaranya kali ini, ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh dia sia-siakan. Karena asyik menggerutu Li Mei tidak menyadari bahwa lantai yang akan diinjaknya baru saja di pel dan alhasil, diapun terpeleset. Dengan gerakan slow motion, tubuhnya terjengkang ke belakang dan seperti dalam sebuah drama seseorang berhasil menangkap tubuhnya sehingga tubuhnya tidak membentur lantai marmer itu.


Li Mei mengerjap-ngerjapkan matanya kembali, dia masih tidak sadar dengan apa yang terjadi. Kini tubuhnya berada dalam dekapan seorang lelaki. Lelaki dengan setelan jas hitam yang tampak pas ditubuhnya, dan wajah tampan yang kini ada di hadapannya seakan menghipnotisnya.Mata coklat lelaki itu menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan, tapi itumampu membuat seluruh saraf di tubuh Li Mei menegang. Li Mei menatapnya tak berkedip, seolah memuja ketampanan lelaki itu. Dia juga merasakan jika jantungnya berdegup sangat kencang saat ini. Untuk beberapa menit mereka masih dalam posisi yang demikian hingga akhirnya lelaki itu melepaskan dekapannya dan membiarkan Li Mei terjatuh.


“Awww” Li Mei menjerit ketika tubuhnya membentur lantai, ia merasakan sakit di bagian bokongnya. Dia memandang aneh kepada lelaki yang baru saja menolongnya tapi kemudian dengan sengaja menjatuhkannya itu. Dengan susah payah Li Mei mencoba untuk berdiri.


“Kenapa kau melepaskan peganganmu dan menjatuhkanku?” ucapnya akhirnya. Lelaki itu diam dan memandangi tubuh Li Mei dari atas ke bawah, setelah itu ia tersenyum sarkartis.


“Aku tidak suka dipandangi seperti itu oleh orang asing” jawab lelaki itu dingin, Li Mei melongo mendengar jawaban dari lelaki itu. Siapa pula yang memandanginya, sungguh kepercayaan diri lelaki itu tinggi sekali. ya, walau sebenarnya lelaki itu juga tidak salah.


“Lagipula seharusnya kau berterimakasih padaku, jika aku tidak segera menangkapmu, tulang punggungmu mungkin sudah patah” Li Mei hanya bisa mengerucutkan bibirnya mendengar penuturan lelaki yang tak ia kenal itu. Semua perkataannya itu semua benar adanya.


“oya, lain kali tak usah membahayakan dirimu sendiri, jika kau berharap akan ada yang menangkapmu lagi dan menyelamatkanmu seperti dalam drama, maka kau harus bersiap-siap kecewa” setelah berkata demikian lelaki itu berlalu meninggalkan Li Mei yang diam mematung. Dia mencoba mencerna setiap perkataan yang keluar dari mulut lelaki itu. Jadi lelaki itu berpikiran bahwa Li Mei sengaja menjatuhkan dirinya sendiri. Apa dia sudah gila? Bagaimana bisa lelaki itu berpikiran picik seperti itu. Li Mei memberenggut kesal. Ia masih menatap punggung lelaki itu sambil mengeluarkan sumpah serapahnya.


“Deputi GM, kita akan mengadakan rapat siang ini” dari kejauhan samar-samar Li Mei mendengar seorang lelaki berbicara pada lelaki itu. Lelaki yang menyebutnya deputi GM tersebut tampak sangat hormat kepada lelaki menyebalkan itu, ia mengikuti lelaki itu di belakangnya.


“Hmmm, deputi GM??? Tidak sesuai dengan perilakunya” ucapnya pelan. Li Mei pun ingat akan tujuannya kesini. Iapun segera mempercepat langkahnya menuju ruangan personalia.






@Li Mei’s Home at 08.00 a.m.


Rumah sederhana itu terlihat begitu bersih dari luar, bangunannya yang masih menggunakan kayu dan bentuknya seperti kebanyakan rumah tradisional korea selatan lainnya. Di rumah itulah, selama 5 tahun terakhir ini Li Mei tinggal, semenjak kedua orang tuanya meninggal akibat ledakan bom 5 tahun lalu yang terjadi di kotanya, Li Mei memutuskan untuk tinggal bersama bibinya yang ada di korea. Bibinya sendiri sudah kehilangan suaminya sejak lama dan ia hanya tinggal bersama anak laki-laki semata wayangnya, anak laki-laki nya bernama Luhan, ia 4 tahun lebih muda dari Li Mei dan ia masih bersekolah. Li Mei sudah menganggap Luhan sebagai adiknya sendiri dan tentu saja ia sangat sayang pada Luhan, mengingat dia sudah tidak mempunyai siapapun lagi kecuali Luhan dan bibinya. Bahkan adik kandungnya sendiri jugamenjadi korban ledakan bom bersama ayah dan ibunya. Tapi untung saja Li Mei masih mempunyai deposito yang ditinggalkan orang tuanya untuknya hingga ia bisa melanjutkan kuliah walau hanya sampai S1.


Pagi itu, Li Mei sedang bersantai di ruang tengah rumahnya. Ia tengah melaksanakan kegiatan rutin mingguannya yaitu memotong kuku. Bibi Lu, yang merupakan bibi Li Mei datang dari arah dapur dengan sebuah nampan di tangannya.


“Li Mei, bagaimana tes wawancaramu? Apakah berjalan dengan baik?” Tanya bibi Lu sembari meletakkan nampan berisi makanan di atas meja.


“Ya, semuanya lancar” jawab Li Mei tanpa menghentikan aktivitasnya memotong kuku.


“Aku harap kau bisa diterima bekerja disana. Itu akan sangat membantu perekonomian kita” ucap bibi Lu lagi, kini ia sudah duduk di samping Li Mei. Li Mei pun menghentikan kegiatannya, ia menatap bibinya dengan tatapan penuh kasih sayang.


“Aku juga berharap begitu. Jika aku diterima, bibi tak usah bekerja di kedai lagi. Biar aku yang membiayai sekolah Luhan” Li Mei tersenyum, bibi Lu pun ikut tersenyum. Ia membelai rambut Li Mei, Li Mei sudah seperti anak kandungnya sendiri. Rasa sayangnya pada Li Mei sama seperti sayangnya pada Luhan.


“Tapi aku tidak ingin banyak berharap bi,bagaimanapun juga Chuan Shang adalah perusahaan besar. Persaingannya juga ketat, kecil kemungkinan aku bisa diterima di sana” bibi Lu berhenti membelai rambut Li Mei, tangannya kini beralih menggenggam erat tangan Li Mei.


“Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu dan Luhan. Kau jangan berkecil hati, kau harus percaya pada kemampuanmu sendiri Li Mei” sebuah motivasi dan dukungan moril seperti ini yang selalu bibi Lu berikan pada Li Mei. Dia sadar bahwa dia tidak bisa memberikan apa-apa selain kasih sayang dan juga perhatian yang ia punya.


“Terima kasih bibi” senyum kembali menghiasi wajah cantik Li Mei, dia meraih tubuh bibi Lu ke dalam dekapannya. Setelah kedua orang tuanya tiada, bibi Lu lah yang menjadi penyemangatnya untuk melanjutkan hidupnya. Bibinya kini sudah semakin menua dan Li Mei ingin membahagiakan bibinya. Bibi Lu membalas pelukan Li Mei . Lalu tidak lama kemudian, Luhan keluar dari dalam kamarnya.


“Eoh, sedang apa kalian pagi-pagi begini sudah berpelukan. Seperti teletubbies saja” candanya pada ibu dan juga kaka sepupunya itu. Luhan mengambil posisi duduk tepat di depan meja. Bibi Lu dan Li Mei melepaskan pelukan mereka. mereka berdua tertawa mendengar ucapan Luhan.


“Kau sudah bangun Luhan, eomma baru saja akan membangunkanmu”


“Tadi aku mendengar percakapan dramatis antara ibu dan anak, jadi aku terbangun” ucap Luhan dengan nada mengejek. Ia menyambar sepotong roti lalu mengoleskan selai strobery di atasnya dan kemudian memakannya.

“Kau tak usah mengejek begitu, seperti kau tak pernah berbuat seperti itu saja” cibir Li Mei, Luhan tak menyahut, dia sibuk mengunyah roti di dalam mulutnya.


“Sudahlah, masih pagi kalian tak usah berdebat. Lebih baik kau juga sarapan Li Mei” perintah bibinya kemudian.


“Ah, ne” Li Mei pun menggeser posisinya mendekat ke arah meja, ia juga mengambil selembar roti dan melakukan hal yang sama seperti Luhan.


“Kalian habiskan sarapannya, sebentar lagi aku harus berangkat untuk membuka kedai” ucap bibi Lu lagi.


“Oh ya bi, hari ini aku sedang tidak ada kegiatan. Aku ingin membantu bibi di kedai, otte?”



“Apa kau tidak lelah, sebulan belakangan ini kau kan sibuk melamar pekerjaan kesana kemari?” Tanya bibinya lembut.


“Anniya, aku tidak merasa lelah. Sudah lama aku tidak membantu bibi semenjak aku bekerja. Sekarang kebetulan aku masih menganggur, apa salahnya kan aku membantu di kedai” bujuknya lagi dengan menunjukkan puppy eyes nya.


“Baiklah jika kau memaksa” ucap bibi Lu akhirnya. Dia tidak akan bisa menolak permintaan Li Mei jika sudah seperti itu.


“Huah senangnya!” Li Mei melonjak girang dan itu membuat Luhan memandangnya dengan tatapan mengejek.


“Sudah 24 tahun, tapi kelakuanmu masih kekanak-kanakan” Luhan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan kaka sepupunya itu.


Pletak,
Li Mei memukul kepala Luhan dengan sendok yang ada di hadapannya.



“Aww” Luhan meringis dan mengusap-ngusap kepalanya.


“Apa maksudmu?” Li Mei memelototkan matanya mencoba mengintimidasi Luhan, tapi tampaknya itu tak berpengaruh apa-apa bagi Luhan.


“Tidak ada” jawab Luhan enteng. Walau Luhan sering membuat Li Mei kesal, jauh dilubuk hatinya ia sangat menyayangi Li Mei. Keisengannya adalah bentuk lain dari perhatian dan kasih sayang yang ingin ia perlihatkan pada kakak sepupunya itu.


“Sudahlah, Luhan kau jangan menggoda kakakmu, lebih baik kau bersiap-siap untuk kuliah. Dan kau Li Mei, jika ingin ikut bersamaku kau juga lebih baik bersiap-siap”


“Ne eomma”; “Ne bibi” ujar mereka serempak.


Mereka bertiga bersiap-siap untuk memulai aktivitas mereka hari ini. Keluarga kecil ini tampak begitu bahagia walau tanpa adanya kepala keluarga. Mereka selalu percaya bahwa kebahagiaan itu tak hanya datang kepada orang yang memiliki materi, keluarga sederhana seperti mereka juga bisa merasakan kebahagiaan walau dengan cara yang sederhana.




@kedai ramyeon


“Bi,dua ramyeon pedas ya!” Li Mei meneriakkan pesanan yang dipesan oleh tamunya. Ini sudah jam 8 malam dan kedai masih saja dipenuhi banyak pengunjung. Peluh sudah bercucuran di dahi Li Mei, dari tadi siang hingga malam ia tak henti berteriak dan bolak-balik mengantarkan pesanan. Kebetulan salah seorang pegawai tak masuk hari ini, jadilah dia yang harus menggantikan perannya, menjadi pelayan sekaligus menjadi kasir. Li Mei menunggu pesanan di depan meja. Dia sudah mulai merasa kelelahan, tapi dia tetap semangat. Ini juga demi bibinya.


“Li Mei, pesanan sudah siap!” Li Mei menoleh ke arah sumber suara, bibinya menyodorkan dua mangkuk ramyeon ke hadapannya. Ia mengambilnya dengan cekatan dan meletakkan mangkuk-mangkuk tersebut ke atas nampan yang sedari tadi ia pegang. Li Mei mengantarkan pesanan tersebut pada siempunya.



“Ini pesanan anda” Li Mei meletakkan mangkuk-mangkuk tersebut ke atas meja sambil tersenyum ramah.


“Terima kasih” ucap seorang pengunjung laki-laki yang datang bersama kekasihnya itu. Li Mei membungkukkan badannya. Ketika dia akan melangkahkan kakinya, pintu kedai kembali terbuka dan muncullah seseorang lelaki dengan postur yang tinggi. Masih berpakaian kerja lengkap dengan jas berwarna birunya. Wajahnya tampan tapi tampangnya terlihat sedikit acak-acakan, dasi yang ia kenakan juga sudah tak berada di tempatnya. Li Mei memandang lelaki itu dengan seksama, sepertinya ia pernah bertemu dengan lelaki itu sebelumnya. Li Mei tak ingin banyak berpikir, ia segera menghampiri laki-laki itu yang memilih duduk di kursi paling pojok.


“Annyeong! Ada yang bisa saya bantu tuan?” Tanya Li Mei hati hati, lelaki itu tak lantas menjawab. Ia mendongakkan kepalanya menatap Li Mei, laki-laki itu sedikit terlonjak ketika melihat Li Mei, namun ia dapat menguasai dirinya dengan cepat. Li Mei terlihat sedikit berpikir ketika melihat wajah lelaki itu secara dekat.


“Bukankah kau!” pekiknya tertahan.


TBC



Desclaimer : ff ini murni dari imajinasi author, sedikit terinspirasi dari drama taiwan yang berjudul miss rose. Nama tempat dan lainnya hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan itu tidak disengaja.
So, don't bash and don't be plagiat!

0 komentar:

Posting Komentar

 

my sketch Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei