Jumat, 07 Maret 2014

My Cactus

Diposting oleh Unknown di 09.34
Cast : Park Ri Young (OC)
          Lee Donghae

Author : Miss_Young

Length : Oneshoot


Just Park Ri Young POV

Banyak orang bilang mencintai seseorang yang mencintai orang lain itu rasanya seperti memeluk pohon kaktus, semakin erat kamu memeluk, maka semakin sakit rasanya. Mungkin mereka benar, atau mungkin mereka salah. Jika tahu pohon kaktus ituakan menyakitimu, kenapa masih terus memeluknya?? Hanya lepaskan saja dan semuanya akan baik-baik saja. Mungkin pertanyaan itu harus kutanyakan pada diriku sendiri, karena memang akulah yang mengalami hal ini. Entah sudah berapa luka yang kuterima, berapa banyak air mata yang kubuang hanya karena aku mencintainya. Sepertinya ini terdengar berlebihan, tapi itulah yang terjadi.

Aku dengan bodohnya menjerumuskan diriku sendiri ke dalam lingkaran yang dinamakan cinta.Harusnya jatuh cinta itu indah bukan? tapi aku merasakan hal yang sebaliknya.Semakin aku mencintainya, maka aku semakin tersiksa, dengan semua pengharapankudan semua mimpiku yang aku tahu tak kan pernah menjadi nyata. Andai saja waktu bisa kuputar kembali, maka aku akan memohon pada tuhan agar tak pernah mempertemukanku dengannya. Atau haruskah aku minta padanya untuk melumpuhkan semua memori di otakku. Aku pikir itu yang terbaik.





September 2013

“Annyeong” terdengar suara yang begitu lembut di telingaku membuatku menoleh ke arah suara itu, seorang lelaki dengan paras yang tak bisa kugambarkan sedang berdiri dan tersenyum manis di hadapanku sekarang. Nafasku tercekat, jantungku rasanya ikut berhenti, semua kebisingan yang tadi sempat terdengar kini mendadak lenyap. Semua orang di sini mendadak menghilang begitu saja, hanya ada aku dan dia. Ya.. aku hanya bisa melihatnya,  hanya dia seorang.

“Agashi apa kau baik-baik saja?” lelaki itumenggerak-gerakan tangannya di depan wajahku. Terlihat jelas kekhawtiran diraut wajahnya. Oke, ini saatnya aku untuk tersadar. Aku menghela nafas panjang.

“Ne” setelah mengumpulkan kekuatan dan berusaha sekuat tenaga untuk menjawab, hanya kata itu yang bisa kuucapkan. Kenapa aku seperti ini? rasanya seluruh saraf ditubuhku ini terasa mati. Untuk tersenyum saja aku harus mengeluarkan tenaga ekstra.

“Sepertinya kau nampak tak baik-baik saja” dengan raut wajah yang masih menampakkan kecemasan, ia tempelkan punggung tangannya di keningku. Ya tuhan, lebih baik kau cabut nyawaku sekarang, aku bisa mati berdiri karenanya. Aku memundurkan badanku dan menggelengkan kepalaku.

“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja” ucapku meyakinkannya, dia pun menghembuskan nafasnya lega. Dia tersenyum lagi di hadapanku, jika aku boleh jujur, inia dalah senyum terbaik yang pernah aku lihat.

“Aku Lee Donghae” dia mengulurkan tangannya padaku, ragu-ragu aku menyambut uluran tangannya.

“A-aku, Park Ri Young” ucapku terbata, tangannya terasa begitu lembut. Entah kenapa ada perasaan nyaman menjalar di tubuhku ketika dia menyentuh tanganku. Ternyata lelaki di hadapanku ini bernama Lee Donghae, lelaki yang membuat ku hampir mati untuk beberapa saat. Dia melepaskan genggaman tangannya, aku menatapnya dengan tatapan tak rela. Mungkin aku terlihat seperti gadis bodoh sekarang.

“Apa kau baru masuk ke universitas ini? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya” tanyanya padaku.

“Ya, aku masih semester satu jurusan perfilman, lalu k-kau?” akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya walau dengan susah payah.

“Aku sudah semester akhir di jurusan musik” kembali dia memamerkan senyum indahnya padaku, apa tidak bisa dia sedetik saja tidak tersenyum, harusnya dia tahu jika senyumnya itu bisa membuat orang yang melihatnya jatuh pingsan.

“Oh begitu” aku hanya bisa berOh ria, taktahu lagi apa yang ingin ku katakan. Aku terlalu gugup saat ini.

“Oya, lebih baik kita duduk di sana. Kajja!” ia menarik pergelangan tanganku dan membawaku untuk duduk di sebuah bangku.

“Apa yang sedang kau lakukan tadi?” tanyanya ketika kami berdua sudah duduk di sebuah bangku.

“Eoh?” aku tak mengerti dengan pertanyaannya. Aku melakukan apa? Apa sebenarnya yang aku lakukan? Aku sendiri tak tahu.

Dia Nampak tertawa melihat kebingunganku.

“Aku tadi tak sengaja melihatmu sedang menatap ke arah langit, lalu kau memejamkan kedua matamu, seperti ini” dia bangkit dari duduknya, lalu mulai memejamkan matanya dan menatap ke arah langit sambil merentangkan kedua tangannya. Persis seperti yang aku lakukan tadi. Aku menatapnya tak berkedip, wajah yang begitu indah menurutku, dengan senyum yang begitu menawan. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam dada ini, perasaan senang yang membuncah. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?

“Nah seperti itu” ucapannya membuyarkan lamunanku, membawaku kembali ke dunia nyata. Dia kembali duduk di sampingku. Aku tersenyum tipis padanya.

“Sebenarnya aku sedang tidak melakukan apa-apa” jawabku malu-malu. Aku terdiam sejenak, lalu meneruskannya lagi.

“aku hanya membayangkan jika aku sedang berada di tengah gurun pasir dan tiba-tiba saja turun salju, aku merentangkan tanganku untuk merasakan dinginnya salju” dia tertawa renyah, lalu mengacak pelan rambutku.

“Kau lucu sekali, Ri Young-ssi. Apa kau berniat membuat film seperti itu?”

“Kurasa itu ide yang tidak terlalu buruk bukan?” dia kembali tertawa mendengar pertanyaan polosku, bahkan matanya sampai tak terlihat karena asyik tertawa. Aku juga ikut tertawa, bukan karena ada yang lucu, tapi melihatnya tertawa seperti itu membuatku merasa sangat bahagia.

“Ya, aku tahu. Sepertinya imajinasi mu itu tinggi sekali, tapi aku percaya jika tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Bukan hal yang tak mungkin jika salju bisa saja turun di gurun pasir bukan?” aku mengangguk menyetujui pertanyaannya.

“Jika aku boleh tahu, apa keinginanmu dimasa depan?” Tanya Donghae lagi, aku masih terdiam. Aku sendiri tak tahu apa yang aku inginkan. Tak pernah sekalipun aku memikirkannya.

“Hmm, sebenarnya aku tidak yakin dengan keinginanku sendiri. tapi aku mempunyai impian untuk membuat sebuah film karyaku sendiri, tapi aku merasa tak punya bakat untuk itu”

“Jangan pernah menyerah, walau kau merasa kau tak punya bakat tapi kau punya keinginan besar. Kau harus yakin bahwa dengan keinginan dan kerja keras, impianmu bisa terwujud. Bakat memang penting, tapi keinginan besar yang ada dalam hatimu itujauh lebih penting. Aku yakin, suatu hari nanti kau bisa menggemparkan seluruh dunia dengan film mu” ucapnya padaku sambil tersenyum lebar.

Akumenatapnya lekat, aku tak tahu alasan tuhan mempertemukanku dengannya. Lee Donghae, lelaki asing yang baru kukenal beberapa menit yang lalu sudah berhasil membuat ku merubah cara pandangku terhadap dunia. Ya, dia benar, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Seperti mencintainya dalam waktu beberapa menit bukan? Aku berjanji dalam hatiku, mulai sekarang aku hanya akan menatap lurus ke arahnya. Ke arah lelaki yang baru saja memberiku sebuah semangat, yang percaya bahwa aku punya kemampuan yang bahkan orang lain tak pernah mengatakannya padaku.

“Sepertinya aku harus pergi ke kelas, senang berkenalan denganmu Ri Young-ssi” ucapnya, lalu berdiri dan lagi-lagi tersenyum ke arahku. Aku benar-benar terhipnotis oleh senyumnya, diam dan tak melakukan apa-apa. Aku hanya bisa menganggukan kepalaku. Ia mencondongkan tubuhnya kearahku, perlahan lahan tubuhnya mulai mendekat dan mempersempit jarak diantara kita. Tubuhku menegang, kurasakan wajahku mulai memanas. Ya tuhan, apa yang akan dia lakukan, aku memejamkan mataku sambil berdoa agar aku tak pingsan saat ini juga.

“ini! ada daun mapple di rambutmu” aku membuka mataku dan melihatnya menunjukkan daun maple kering di tangannya. Ya..Sepertinya aku harus memeriksakan diri ke dokter, apa yang baru saja aku pikirkan? Apa aku berharap dia akan menciumku, aku memang sudah gila. Aku meraih daun mapple itu dari tangannya. Aku cukup merasa malu dan tak berani menatap matanya. Mungkin sekarang wajahku sudah memerah.

“gomawo” ucapku akhirnya.

Dia tersenyum lembut, lalu ia mulai melangkahkan kakinya, pergi meninggalkanku. Aku masih menatap punggungnya,ingin aku menghentikan langkahnya, tapi lidahku sangat kelu bahkan untuk berteriak memanggil namanya saja aku tak mampu.

Dia membalikkan badannya dan melambaikan tangannya padaku dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya, aku membalas senyumnya dan juga melambaikan tanganku. Setelah itu aku tak melihatnya lagi, dia sudah menghilang di balik kerumunan orang. Bodohnya aku, tak sempat bertanya dimana rumahnya dan bodohnya lagi aku tak sempat meminta nomor handphone nya. Dia memang sudah benar-benar melumpuhkan system kerja otakku. Sudahlah, aku pasti bisa bertemu dengannya lagi. Bukankah dia bilang , dia belajar di departemen musik. Aku akan kesana dan mencari tahu tentangnya.


~oo~

Oktober 2013

Aku mengayunkan kakiku di koridor sebuah gedung, gedung ini adalah gedung departemen musik di kampusku. Aku tak mengerti bagaimana caranya aku bisa menlangkahkan kakiku sampai ke sini. Sesungguhnya aku tengah merindukannya, merindukan Lee Donghae. Setelah pertemuan pertama kami, semenjak itu aku tak pernah lagi melihatnya. Mungkin karena kesibukanku sebagai mahasiswa baru semester pertama, sehingga aku tak punya waktu bahkan hanya untuk sekedar pergi ke fakultas lain.

Aku menarik nafasku dalam-dalam, mencoba menormalkan detak jantungku yang begitu cepat. Entahlah,, aku selalu merasa gugup jika menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan Lee Donghae. Aku melangkahkan kakiku lagi menyusuri setiap kelas, mataku berputar ke setiap arah. Dengan begitu siapa tahu aku bisa melihatnya, aku ingin sekali bertemu dan melihat wajahnya. Walau aku tak tahu apa yang akan kukatakan padanya nanti jika dia bertanya. Aku tak ingin memikirkan hal itu dulu.

Di sebuah bangku panjang, aku lihat seorang lelaki yang tak asing dalam ingatanku tengah duduk sambil memegang sebuah buku .Lelaki itu Lee Dong hae. Akhirnya aku bisa menemukannya. Batinku berteriak memanggil namanya, ingin sekali berlari dan menghambur ke pelukannya. Namun itu tak mungkin aku lakukan, aku bukanlah siapa-siapanya, hanya seorang gadis yang begitu mengaggumi sosok seorang Lee Donghae.

Tak kusadari, senyum mengembang di wajahku. Aku bergegas mendekat ke arahnya. Aku tak sabar ingin menyapanya. Jantungku terasa bertalu-talu, aku tak percaya aku bisa melihatnya lagi.

“Sun-b-!” panggilku terputus, seorang gadis terlihat menghampirinya sebelum aku sempat memanggilnya. Lee Donghae mendekap gadis itu, gadis berambut panjang yang terlihat begitu cantik. Mereka terlihat begitu mesra, seperti sepasang kekasih.

Donghae terlihat tertawa bahagia dengan gadis itu. Aku melihatnya dengan tatapan nanar, mataku memanas dan tanpa diperintahkan bulir bening itu jatuh di sudut mataku. Aku tak bisa menahannya lagi, hatiku begitu sakit. Bahkan ini belum dimulai, kenapa aku harus merasakan patah hati. Aku menangis dalam diamku, berdiri mematung melihat dua insan yang tengah bahagia itu tertawa bersama.

Apa ini artinya pengharapanku hanya sia-sia saja? Lee Donghae, namja yang begitu aku puja ternyata sudah memiliki seseorang di hatinya. Apakah perasaanku ini salah? Aku mencintai seseorang yang sudah memiliki kekasih. Aku membalikkan badanku beranjak dari tempat itu. Aku tak mungkin kuat melihat keadaan itu, aku berjalan dengan gontai dengan air mata yang sudah menganak sungai di pipiku. Aku pergi dengan sejuta luka dan kesakitan yang ditorehkannya. Beginikah sakitnya jatuh cinta?




~oo~


24 Desember 2013, 11.00 p.m.

Natal tahun ini terasa begitu sepi, aku tak pergi ke gereja bersama keluargaku. Ya, aku ingin menghabiskan malam natalku seorang diri, hanya seorang diri. Entah ini efek dari patah hatiku atau bukan, yang jelas aku hanya ingin melewati malam tahun baru tanpa siapapun.

Aku mengeratkan mantel yang kupakai agar tak terlalu kedinginan, cuaca malam ini tentu saja begitu dingin karena salju sudah mulai turun. Aku berjalan menyusuri trotoar, aku sedang berada di pusat pertokoan distrik gangnam. Aku bisa mencium aroma natal yang melayang dari setiap tempat. Bau kulit pohon natal yang segar, bahkan bau kertas kado natal, aku bisa menciumnya.

Deretan pertokoan tersebut sudah disulap dengan dekorasi khas perayaan natal, dengan lampu warna-warni yang berkelap-kelip bahkan aku bisa melihat pohon natal nan indah di sepanjang jalan. Aku terdiam di depan sebuah toko, lalu tersenyum getir. Semua orang terlihat begitu bahagia, anak-anak terlihat bercanda bersama seseorang yang berpakaian sinter clas.  Harusnya aku juga bahagia menyambut malam natal ini, tapi rasanya kebahagiaan itu bukanlah sahabatku sekarang. Setelah merasakan patah hati, jiwaku seakan-akan sudah mati. Untuk tersenyum saja, aku tak ingin melakukannya.

Mungkin aku memang gadis bodoh, terlalu cepat jatuh ke dalam pesona Lee Donghae dan akhirnya aku benar-benar terjatuh dan sulit untuk bangkit lagi. Dua bulan ini aku berpikir untuk melupakan lelakiitu, mencoba menghapus bayang-bayangnya dari otakku. Lagi-lagi aku selalu gagal, semakin aku mencoba untuk melupakannya maka semakin besar rasa cintaku padanya. Aku sendiri tak mengerti kenapa aku bisa seperti ini.
Aku meneruskan langkahku lagi, namun pikiranku terus berkecamuk.

Aku berhenti di sebuah restaurant, dan mataku terbelalak. Aku kini melihatnya, aku melihat Lee Donghae! dan dia bersama gadis itu tepat di depan restaurant. Luka itu kembali menganga lebar. Aku melihatnya dengan tubuh yang bergetar, ingin aku pergi meninggalkan tempat itu. Tapi kakiku serasa dipaku, aku hanya bisa diam mematung.

“Chagiya, aku mohon maafkan aku!” samar-samar aku mendengar suaranya, dan apa ini? Dia berlutut di hadapan gadis itu, kenapa dia harus melakukan hal itu dan merendahkan harga dirinya? Aku merasa tak rela, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.

Lee Donghae terlihat menitikkan air matanya. Bahkan ia rela membasahi wajah tampannya dengan air mata hanya demi meminta maaf pada gadis itu. Lee Donghae yang begitu sempurna di mataku begitu merendahkan dirinya di hadapan gadisnya. Apa yang dimiliki gadis itu yang aku tak punya, padahal aku lebih tulus mencintainya.

Satu hal yang kini kusadari, ternyata melihatnya menangis seperti itu lebih menyakitkan dibanding melihatnya tertawa bersama orang lain. Hatiku seakan teriris, seandainya aku bisa berlari dan memeluknya, akan kuhapuskan semua kesedihannya. Tapi keadaan tak pernah berpihak kepadaku, gadis itu,,, gadis yang membuat Donghae menangis, namun dia juga yang bisa menghapus air matanya.

Tak ada yang bisa kulakukan selain menatap mereka di kejauhan, aku bisa merasakan kebahagiaan dari sorot mata Lee Donghae ketika gadis itu berlutut dan memeluknya. Begitu besarkah cintamu padanya?? Tak tahukah kau bahwa disini ada orang yang mempunyai cinta yang begitu besar untukmu? Aku meremas dadaku yang terasa sesak, kembali aku harus menerima rasa pahit itu.

Malam natal yang begitu dingin bagiku, bukan hanya tubuhku yang terasa membeku, hatikupun ikut membeku . Hawa dingin yang menerpa tubuhku sudah tak lagi kurasakan. Lee Donghae dan gadisnya sudah menghilang dari pandanganku. Aku masih berdiri di tengah salju yang turun. Aku merentangkan kedua tanganku dengan wajah mendongak menatap langit.Kupejamkan kedua mataku. Aku bisa merasakannya, aroma salju yang basah, bau pohon natal, dan aroma natal itu sendiri. Aku tersenyum pedih. Salju itu kini menetes di wajahku, mengalir kepipiku berbaur bersama air mataku. 

"Marry Christmas, and saranghaeyo Lee Donghae!" gumamku di tengah dinginnya salju.


~oo~

Seperti air yang tak berhenti mengalir, seperti itu pula perasaanku pada Lee Donghae. Aku sendiri tak bisa menghentikan perasaanku ini padanya. Tak ada yang bisa kulakukan selain mencintainya dalam diam, menatapnya di kejauhan, melihatnya tertawa bersama orang lain. Menyakitkan. Dia seperti sebuah siluet hitam bagiku, terlihat tapi tak nyata, hingga aku sendiri tak bisa meraihnya.

Aku tahu dia sudah melupakanku, pertemuan yang tak disengaja itu tak pernah berarti baginya. Tapi bagiku, ini lebih dari berarti, Lee Donghae, nama yang selalu kusimpan rapi dalam memoriku.

Lee Donghae , si pohon kaktusku. Aku akan tetap memelukmu erat, walau dengan begitu aku akan terus terluka. Aku tak akan pernah melepaskanmu, sampai aku benar-benar merasa tak sanggup, barulah saat itu aku akan merelakanmu bersama orang yang kau cintai. Dan aku akan berusaha mencari kebahagiaanku sendiri.

END

0 komentar:

Posting Komentar

 

my sketch Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei